Selasa, 22 Maret 2016

Membangun Toleransi

Konflik merupakan kata yang pada sebagian orang menimbulkan interpretasi sedang terjadi perang dunia, sehingga memerlukan tindak kekerasan atau penghindaran dengan cara memindahkan diri dari area konflik. Sementara bagi orang lainnya merupakan kancah mengasah keterampilan diri menghadapinya dengan kepala dingin tanpa kekerasan.

Membangun Toleransi. Setiap orang tak mungkin menghindari bertemu, bergaul dan berinteraksi dengan orang lain, orang yang berbeda pendapat, kepercayaan dan tata nilai. Dengan terus berinteraksi dalam kebhinekaan, maka setiap orang memperoleh kesempatan belajar membentuk diri menghadapi perbedaan secara rasional.

Membangun Toleransi

Membangun Toleransi


Kesempatan belajar ini, yang tersedia bagi semua orang, pemanfaatannya sering dilakukan, sedikit dilakukan atau sama sekali tidak dilakukan. Perbedaan pemanfaatan kesempatan belajar, juga membuahkan konsep diri dalam tataran yang berbeda. Pendidikan, pengasuhan dan peran model sangat diperlukan untuk mendapatkan kesamaan persepsi pada keberagaman.

Dalam masyarakat yang bertoleransi, lebih sedikit kemungkinan orang mengalami ketakutan, ketidak berdayaan, permusuhan dan kekerasan, keras kepala dan fanatisme. Toleransi akan menumbuhkan tetap dapat bersanding dalam keanekaragaman, dalam kebhinekaan, maka diperlukan sikap bertoleransi. Kreativitas, suatu prasyarat penting untuk membangun diri dan mengembangkan masyarakat yang nyaman.

Karena itu adalah sangat penting orangtua mengajarkan perbedaan pada anak, dan tidak mendogma melainkan membangunkan kesadaran atas realitas dan berpikir jernih menghadapi setiap perbedaan serta menyikapinya dengan penuh tanggung jawab tanpa kekerasan. Edukasi dan contoh peran memegang kunci utama pemahaman menghadapi perbedaan.

Membangun Toleransi - Ratna Sugeng,  Psikiater